Osteomielitis adalah infeksi tulang. Infeksi tulang
lebih sulit disembuhkan daripada infeksi jaringan lunak karena terbatasnya
asupan Darah, respons jaringan terhadap inflamasi, tingginya tekanan jaringan
dan pembentukan involukrum (pembentukan tulang baru di sekeliling jaringan
tulang mati). Osteomielitis dapat menjadi masalah kronis yang akan mempengaruhi
kualitas hidup atau mengakibatkan kehilangan ekstremitas. (Brunner, suddarth.
(2001). Beberapa ahli memberikan defenisi terhadap Osteomyelitis
sebagai berkut :
– Osteomyelitis
adalah infeksi Bone marrow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh
staphylococcus aureus dan kadang-kadang Haemophylus influensae (Depkes RI,
1995).
– Osteomyelitis
adalah infeksi tulang (Carpenito, 1990).
– Osteomyelitis
adalah suatu infeksi yang disebarkan oleh Darah yang disebabkan oleh
staphylococcus (Henderson, 1997)
– Osteomyelitis
adalah influenza Bone Marow pada tulang-tulang panjang yang disebabkan oleh
staphyilococcus Aureus dan kadang-kadang haemophylus influenzae, infeksi yang
hampir selalu disebabkan oleh staphylococcus aureus.
Klasifikasi Osteomielitis
Dari uraian di atas maka dapat diklasifikasikan dua
macam osteomielitis, yaitu:
1. Osteomielitis
Primer.
Penyebarannya secara hematogen dimana mikroorganisme
berasal dari focus ditempat lain dan beredar melalui sirkulasi Darah.
2. Osteomielitis
Sekunder.
Terjadi akibat penyebaran kuman dari sekitarnya akibat
dari bisul, luka fraktur dan sebagainya.
Berdasarkan lama infeksi, osteomielitis terbagi
menjadi 3, yaitu:
1. Osteomielitis
akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 minggu sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis akut ini biasanya
terjadi pada anak-anak dari pada orang dewasa dan biasanya terjadi sebagai
komplikasi dari infeksi di dalam Darah. (osteomielitis hematogen)
Osteomielitis akut terbagi menjadi 2, yaitu:
a. Osteomielitis
hematogen
Merupakan infeksi yang penyebarannya berasal dari
Darah. Osteomielitis hematogen akut biasanya disebabkan oleh penyebaran bakteri
Darah dari daerah yang jauh. Kondisi ini biasannya terjadi pada anak-anak.
Lokasi yang sering terinfeksi biasa merupakan daerah yang tumbuh dengan cepat dan
metafisis menyebabkan thrombosis dan nekrosis local serta pertumbuhan bakteri
pada tulang itu sendiri. Osteomielitis hematogen akut mempunyai perkembangan
klinis dan onset yang lambat.
b. Osteomielitis
direk
Disebabkan oleh kontak langsung dengan jaringan atau
bakteri akibat trauma atau pembedahan. Osteomielitis direk adalah infeksi
tulang sekunder akibat inokulasi bakteri yang menyebabkan oleh trauma, yang
menyebar dari focus infeksi atau sepsis setelah prosedur pembedahan.
Manifestasi klinis dari osteomielitis direk lebih terlokasasi dan melibatkan
banyak jenis organisme.
2. Osteomielitis
sub-akut
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 1-2 bulan sejak
infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul.
3. Osteomielitis
kronis
Yaitu osteomielitis yang terjadi dalam 2 bulan atau
lebih sejak infeksi pertama atau sejak penyakit pendahulu timbul. Osteomielitis
sub-akut dan kronis biasanya terjadi pada orang dewasa dan biasanya terjadi
karena ada luka atau trauma (osteomielitis kontangiosa), misalnya osteomielitis
yang terjadi pada tulang yang fraktur.
Osteomyelitis menurut penyebabnya adalah Osteomyelitis
biogenik yang paling sering :
1. Staphylococcus
(orang dewasa)
2. Streplococcus
(anak-anak)
3. Pneumococcus dan
Gonococcus
2. Etiologi
3. Patofisiologi
Staphylococcus aureus hemolitikus (koagulasi positif)
sebanyak 90% dan jarang oleh streptococcus hemolitikus.
Haemophylus influenza (50%) pada anak-anak dibawah
umur 4 tahun. Organism yang lain seperti : bakteri coli, salmonella thyposa dan
sebagainya.
Proses spesifik (M.Tuberculosa)
Penyebaran hematogen dari pusat infeksi jauh
(tonsilitis, bisul atau jerawat, ISPA)
Proses penyakit
Staphylococcus aureus merupakan penyebab 70% sampai
80% infeksi tulang. Organisme patogenik lainnya yang sering dijumpai pada
Osteomielitis meliputi : Proteus, Pseudomonas, dan Escerichia Coli. Terdapat
peningkatan insiden infeksi resistensi penisilin, nosokomial, gram negative dan
anaerobik. Awitan Osteomielitis stelah pembedahan ortopedi dapat terjadi dalam
3 bulan pertama (akut fulminan – stadium 1) dan sering berhubngan dengan
penumpukan hematoma atau infeksi superficial. Infeksi awitan lambat
(stadium 2) terjadi antara 4 sampai 24 bulan setelah pembedahan.
Osteomielitis awitan lama (stadium 3) biasanya akibat penyebaran
hematogen dan terjadi 2 tahun atau lebih setelah pembedahan. Respon inisial
terhadap infeksi adalah salah satu dari inflamasi, peningkatan vaskularisasi,
dan edema. Setelah 2 atau 3 hari, trombisis pada pembuluh Darah terjadi pada
tempat tersebut, mengakibatkan iskemia dan nefrosis tulang sehubungan dengan
penigkatan tekanan jaringan dan medula. Infeksi kemudian berkembang ke kavitas
medularis dan ke bawah periosteum dan dapat menyebar ke jaringan lunak atau sendi
di sekitarnya. Kecuali bila proses infeksi dapat dikontrol awal, kemudian akan
membentuk abses tulang. Pada perjalanan alamiahnya, abses dapat keluar spontan
namun yang lebih sering harus dilakukan insisi dan drainase oleh ahli bedah.
Abses yang terbentuk dalam dindingnya terbentuk daerah jaringan
mati (sequestrum) tidak mudah mencari dan mengalir keluar. Rongga
tidak dapat mengempis dan menyembuh, seperti yang terjadi pada jaringan lunak
lainnya. Terjadi pertumbuhan tulang baru(involukrum) dan mengelilingi
sequestrum. Jadi meskipun tampak terjadi proses penyembuhan, namun sequestrum
infeksius kronis yang ada tetap rentan mengeluarkan abses kambuhan sepanjang
hidup penderita. Dinamakan osteomielitis tipe kronik.
4. Manifestasi
klinis
Fase akut
Fase sejak infeksi sampai 10-15 hari. Makin panas
tinggi, nyeri tulang dekat sendi, tidak dapat menggerakan anggota tubuh.
b. Fase
kronik
Rasa sakit tidak begitu berat, anggota yang terkena
merah dan bengkak dengan pus yang selalu mengalir keluar dari sinus atau
mengalami periode berulang nyeri, inflamasi, dan pengeluaran pus. Infeksi
derajat rendah dapat terjadi pada jaringan parut akibat kurangnya asupan Darah.
5. Pemeriksaan
penunjang
Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan titer antibody – anti staphylococcus
Pemeriksaan kultur Darah untuk menentukan bakteri (50% positif) dan diikuti
dengan uji sensitivitas
Pemeriksaan feses
Pemeriksaan feses untuk kultur dilakukan apabila terdapat kecurigaan infeksi
oleh bakteri
salmonella
Pemeriksaan biopsy tulang
Merupakan proses pengambilan contoh tissue tulang yang akan digunakan untuk
serangkaian tes.
Pemeriksaan ultra sound
Yaitu pemeriksaan yang dapat memperlihatkan adannya efusi pada sendi.
Pemeriksaan radiologis
Pemeriksaan photo polos dalam 10 hari pertama tidak
ditemukan kelainan radiologik. Setelah 2 minggu akan terlihat berupa refraksi
tulang yang bersifat difus dan kerusakan tulang dan pembentukan tulang yang
baru.
Pemeriksaan tambahan :
Bone
scan : dapat dilakukan pada
minggu pertama
MRI : jika terdapat fokus gelap
pada T1 dan fokus yang terang pada T2, maka kemungkinan besar adalah
osteomielitis.
6. Penatalaksanaan
medis
Terapi
Osteomielitis hematogen akut paling bagus di obati
dengan evaluasi tepat terhadap mikroorganisme penyebab dan kelemahan
mikroorganisme tersebut dan 4-6 minggu terapi antibiotic yang tepat.
Debridement tidak perlu dilakukan jika telah cepat
diketahui. Anjuran pengobatan sekarang jarang memerlukan debridement. Bagaimana
jika terapi antibiotic gagal, debridement dan pengobatan 4-6 minggu dengan
antibiotic parenteral sangat diperlukan. Setelah kultur mikroorganisme
dilakukan, regimen antibiotic parenteral (nafcillin[unipen] + cefotaxime lain
[claforan] atau ceftriaxone [rocephin]) diawali untuk menutupi gejala klinis
organism tersangka. Jika hasil kultur telah diketahui, regimen antibiotic
ditinjau kembali. Anak-anak dengan osteomielitis akut harus menjalani 2 minggu
pengobatan dengan antiniotik parenteral sebelum anak-anak diberikan antibiotic
oral.
Osteomielitis kronis pada orang dewasa lebih sulit
disembuhkan dan umumnya diobati dengan antibiotic dan tindakan debridement.
Terapi antibiotik oral tidak dianjurkan untuk digunakan. Tergantung dari jenis
osteomielitis kronis. Pasien mungkin diobati dengan antibiotik parenteral
selama 2-6 minggu. Bagaimanapun,tanpa debridement yang bagus, osteomielitis
kronis tidak akan merespon terhadap kebanyakan regiment antibiotic, berapa lama
pun terapi dilakukan. Terapi intravena untuk pasien rawat jalan menggunakan
kateter intravena yang dapat dipakai dalam jangka waktu lama (contohnya : kateter
hickman) akan menurunkan masa rawat pasien di rumah sakit.
Terapi secara oral menggunakan antibiotic
fluoroquinolone untuk organism gram negative sekarang ini digunakan pada orang
dewasa dengan osteomielitis. Tidak ada fluoroquinolone yang tersedia digunakan
sebagai antistaphylococcus yang optimal, keuntungan yang paling penting dari
insidensi kebalnya infeksi nosokomial yang didapat dengan bakteri
staphylococcus. Untuk lebih lanjutnya, sekarang ini quinolone tidak menyediakan
pengobatan
Daerah yang terkana harus diimobilisasi untuk
mengurangi ketidak nyamanan dan mencegah terjadinya fraktur. Dapat dilakukan
rendaman salin hangat selama 20 menit beberapa kali per hari untuk meningkatkan
aliran Darah.
Sasaran awal terapi adalah mengontrol dan menghentikan
proses infeksi, Kultur Darah dan swab dan kultur abses dilakukan untuk
mengidentifikasi organisme dan memilih antibiotika yang terbaik. Kadang,
infeksi disebabkan oleh lebih dari satu patogen.
Begitu spesimen kultur telah diperoleh, dimulai
pemberian terapi antibiotika intravena, dengan asumsi bahwa dengan infeksi
staphylococcus yang peka terhadap penisilin semi sintetik atau sefalosporin.
Tujuannya adalah mengentrol infeksi sebelum aliran Darah ke daerah tersebut
menurun akibat terjadinya trombosis. Pemberian dosis antibiotika terus menerus
sesuai waktu sangat penting untuk mencapai kadar antibiotika dalam Darah yang
terus menerus tinggi. Antibiotika yang paling sensitif terhadap organisme
penyebab yang diberikan bila telah diketahui biakan dan sensitivitasnya. Bila
infeksi tampak telah terkontrol, antibiotika dapat diberikan per oral dan
dilanjutkan sampai 3 bulan. Untuk meningkatkan absorpsi antibiotika oral,
jangan diminum bersama makanan.
Bila pasien tidak menunjukkan respons terhadap terapi
antibiotika, tulang yang terkena harus dilakukan pembedahan, jaringan purulen
dan nekrotik diangkat dan daerah itu diiringi secara langsung dengan larutan
salin fisiologis steril. Tetapi antibitika dianjurkan.
Pada osteomielitis kronik, antibiotika merupakan
ajuran terhadap debridemen bedah. Dilakukan sequestrektomi (pengangkatan
involukrum secukupnya supaya ahli bedah dapat mengangkat sequestrum). Kadang
harus dilakukan pengangkatan tulang untuk memajankan rongga yang dalam menjadi
cekungan yang dangkal (saucerization). Semua tulang dan kartilago yang
terinfeksi dan mati diangkat supaya dapat terjadi penyembuhan yang permanen.
Luka dapat ditutup rapat untuk menutup rongga mati
(dead space) atau dipasang tampon agar dapat diisi oleh jaringan granulasi atau
dilakukan grafting dikemudian hari. Dapat dipasang drainase berpengisap untuk
mengontrol hematoma dan mebuang debris. Dapat diberikan irigasi larutan salin
normal selama 7 sampai 8 hari. Dapat terjadi infeksi samping dengan pemberian
irigasi ini.
Rongga yang didebridemen dapat diisi dengan graft
tulang kanselus untuk merangsang penyembuhan. Pada defek yang sangat besar,
rongga dapat diisi dengan transfer tulang berpembuluh Darah atau flup otot
(dimana suatu otot diambil dari jaringan sekitarnya namun dengan pembuluh Darah
yang utuh). Teknik bedah mikro ini akan meningkatkan asupan Darah; perbaikan
asupan Darah kemudian akan memungkinkan penyembuhan tulang dan eradikasi
infeksi. Prosedur bedah ini dapat dilakukan secara bertahap untuk menyakinkan
penyembuhan. Debridemen bedah dapat melemahkan tulang, kemudian memerlukan
stabilisasi atau penyokong dengan fiksasi interna atau alat penyokong eksterna
untuk mencegah terjadinya patah tulang.
Pemberian antibiotic dapat dilakukan :
Melalui oral (mulut)
Melalui infuse : jika diberikan melalui infus, maka
diberikan selama 2 minggu, kemudian diganti menjadi melalui mulut. Jika dalam
24 jam pertama gejala tidak membaik, maka perlu dipertimbangkan untuk dilakukan
tindakan operasi untuk mengurangi tekanan yang terjadi dan untuk mengeluarkan
nanah yang ada. Etelah itu dilakukan irigasi secara kontinyu dan dipasang
drainase. Teruskan pemberian antiniotik selama 3-4 minggu hingga nilai laju
endap Darah (LED) normal.
7. Komplikasi
Dini :
1) Kekakuan
yang permanen pada persendian terdekat (jarang terjadi)
2) Abses
yang masuk ke kulit dan tidak mau sembuh sampai tulang yang mendasarinya sembuh
3) Atritis
septik
Lanjut :
1)
Osteomielitis kronik ditandai oleh nyeri hebat rekalsitran, dan penurunan fungsi
tubuh yang terkena
2) Fraktur
patologis
3)
Kontraktur sendi
4) Gangguan
pertumbuhan
B. Konsep
Dasar Keperawatan
Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan
dan merupakan suatu proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari beberapa
sumber data untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan Klien
(Nursalam, 2001).
Pengkajian
yang dilakukan pada Klien dengan osteomielitis meliputi:
a)
Identifikasi Klien
Terdiri dari nama, jenis kelamin, usia, status
perkawinan, agama, suku bangsa, pendidikan,bahasa yang digunakan, pekerjaan dan
alamat.
b) Riwayat
keperawatan
1) Riwayat kesehatan masa lalu
Identifikasi adanya trauma tulang, fraktur
terbuka,atau infeksi lainnya (bakteri pneumonia,sinusitis,kulit atau infeksi
gigi dan infeksi saluran kemih) pada masa lalu. Tanyakan mengenai riwayat
pembedahan tulang.
2) Riwayat kesehatan sekarang
Apakah Klien terdapat pembengkakan,adanya nyeri dan demam.
3) Riwayat kesehatan keluarga
Adakah dalam keluarga yang menderita penyakit keturunan.
4) Riwayat psikososial
Adakah ditemukan depresi, marah ataupun stress.
5) Kebiasaan sehari-hari
a) Pola nutrisi :
anoreksia, mual, muntah.
b) Pola eliminasi : adakah
retensi urin dan konstipasi.
c) Pola aktivitas : pola
kebiasaan
6) Pemeriksaan fisik
a)
Kaji gejala akut seperti nyeri lokal, pembengkakan, eritema, demam dan
keluarnya pus dari sinus disertai nyeri.
b)
Kaji adanya faktor resiko (misalnya lansia, diabetes, terapi kortikosteroid
jangka panjang) dan cedera, infeksi atau bedah ortopedi sebelumnya.
c)
Identifikasi adanya kelemahan umum akibat reaksi sistemik infeksi. (pada
osteomielitis akut)
d)
Observasi adanya daerah inflamasi, pembengkakan nyata, dan adanya cairan
purulen.
e)
Identisikasi peningkatan suhu tubuh
f)
Area sekitar tulang yang terinfeksi menjadi bengkak dan terasa lembek bila di
palpasi.
Diagnosa keperawatan
Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang
menjelaskan tentang respon manusia dari individu atau kelompok dimana perawat
secara akountabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan intervensi secara
pasti untuk menjaga status kesehatan.
Diagnosa pada pasien dengan osteomielitis adalah sebagai berikut (Marlyn E.
Doengoes : hal ) :
a)
Nyeri berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
b) Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
c)
Gangguan intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi.
d) Resiko
terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,
kerusakan kulit
Rencana Keperawatan
a. Nyeri
berhubungan dengan inflamasi dan pembengkakan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam diharapkan nyeri dan ketidaknyamanan berkurang, serta tidak terjadi
kekambuhan nyeri dan komplikasi
Kriteria hasil :
Tidak ada nyeri, Klien tampak rileks, tidak ada
mengerang dan perilaku melindungi bagian yang nyeri, frekuensi pernapasan 12-24
per menit, suhu Klien dalam batas normal (36ºC-37ºC) dan tidak adanya
komplikasi.
Intervensi :
1) Pertahankan
imobilisasi bagian yang sakit dengan tirah baring
2) Tinggikan
ekstermitas yang mengalami nyeri
3) Hindari
penggunaan sprei atau bantal plastic dibawah ekstermitas yang mengalami nyeri
4) Evaluasi keluhan
nyeri atau ketidak nyamanan. Perhatikan lokasi dan karakteristik, termasuk
intensitas (skala nyeri 1-10). Perhatikan petunjuk nyeri perubahan pada tanda
vital dan emosi atau perilaku.
5) Dorong pasien
untuk mendiskusikan masalah sehubungan dengan infeksi pada tulang.
6) Lakukan dan
awasi latihan rentang gerak pasif atau akfif
7) Beri alternative
tindakan kenyamanan seperti pijatan, punggung atau perubahan posisi.
8) Dorong
menggunakan tehnik managemen stress, seperti relaksasi progresif, latihan napas
dalam, imajinasi visualisasi, dan sentuhan terapeutik.
9) Selidiki adanya
keluhan nyeri yang tak biasa atau tiba-tiba, lokasi progresif atau buruk tidak
hilang dengan analgesik.
10) Jelaskan prosedur sebelum melakukan
tindakan keperawatan.
11) Lakukan kompres dingin 24-48 jam
pertama dan sesuai kebutuhan.
Kolaborasi :
12) Berikan obat analgesik seperti
hidroksin,siklobenzaprin sesuai indikasi.
13) Awasi analgesic yang diberikan.
b. Kerusakan
mobilitas fisik berhubungan dengan nyeri
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam,
diharapkan mobilitas fisik yaitu Klien mampu beradaptasi dan mempertahankan
mobilitas fungsionalnya
Kriteria hasil :
Meningkatkan atau mempertahankan mobilitas,
mempertahankan posisi fungsional, meningkatkan kekuatan atau fungsi yang sakit
dan mengkompensasikan bagian tubuh.
Intervensi :
1) Kaji derajat
mobilitas yang dihasilkan adalah cedera atau pengobatan dan perhatikan persepsi
pasien terhadap mobilisasi
2) Bantu atau
dorong perawatan diri atau keberihan diri (mandi,mencukur)
4) Tempatkan dalam
posisi terlentang atau posisi nyaman dan ubah posisi secara periodic
5) Awasi kebiasaan
eliminasi dan berikan ketentuan defekasi rutin
6) Berikan atau
bantu mobilisasi dengan kursi roda, kruk, tongkat sesegera mungkin
7) Konsul dengan
ahli terapi fisik atau rehabilitasi spesialis
8) Rujuk ke perawat
spesialis psikiatrik klinik atau ahli terapi sesuai indikasi
c. Gangguan
intergritas kulit berhubungan dengan efek pembedahan ; imobilisasi.
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan 2 x 24 jam
diharapkan masalah gangguan infeksi kulit teratasi dan kembali dalam batas
normal.
Kriteria hasil :
Klien tampak rileks dank lien menunjukan perilaku atau
tekhnik untuk mencegah kerusakan kulit, memudahkan penyembuhan sesuai indikasi.
Intervensi :
1) Kaji kulit untuk
luka terbuka, benda asing kemudian perDarahan dan perubahan warna kulit
2) Pertahankan
tempat tidur kering dan bebas kerutan
3) Tempatkan
bantalan air atau bantalan lain dibawah siku atau tumit sesuai indikasi
4) Perawatan,
bersihkan kulit dengan sabun air, gosok perlahan dengan alcohol atau bedak
dengan jumlah sedikit berat
5) Gunakan telapak
tangan untuk memasang, mempertahankan atau lepaskan gips, dan dukung bantal
setelah pemasangan
6) Observasi untuk
potensial area yang tertekan, khususnya pada akhir dan bawah beban atau gips.
d. Resiko
terhadap penyebaran infeksi berhubungan dengan pembentukan abses tulang,
kerusakan kulit
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24
jam, maka diharapkan penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat dan tidak
terjadinya infeksi yang berkelanjutan.
Kriteria hasil :
Penyembuhan luka sesuai waktu yang dicatat, bebas
drainase purulen dan demam dan juga tidak terjadinya infeksi yang
berkepanjangan
Intervensi :
1) Inspeksi kulit
atau adanya iritasi atau adanya kontinuitas
2) Kaji sisi kulit
perhatikan keluhan peningkatan nyeri atau rasa terbakar atau adanya edema atau
eritema atau drainase atau bau tidak sedap
3) Berikan
perawatan luka
4) Observasi luka
untuk pembentukan bula, perubahan warna kulit kecoklatan bau drainase yang
tidak enak atau asam
5) Kaji tonus otot,
reflek tendon
6) Selidiki nyeri
tiba-tiba atau keterbatasan gerakan dengan edema lokal atau enterna ekstermitas
cedera
Kolaborasi :
7) Lakukan
pemeriksaan lab sesuai indikasi dokter
8) Berikan obat
atau antibiotik sesuai indikasi
J. Evaluasi
Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi
proses keperawatan yang menandakan seberapa jauh diagnose keperawatan, rencana
tindakan dan perencanaan berhasil di capai.
Ada dua komponen untuk mengevaluasi kualitas tindakan
:
1. Proses ( sumatif
)
Fokusnya adalah aktifitas dari proses keperawatan dan
kualitas tindakan evaluasi dilaksanakan sesudah perencanaan keperawatan.
2. Hasil ( formatif
)
fokusnya adalah perubahan perilaku atau status
kesehatan Klien pada akhir tindakan keperawatan.
Evaluasi yang dilakukan pada Klien dengan
osteomielitis meliputi :
a. Mengalami
peredaan nyeri
1) Melaporkan
berkurangnya nyeri
2) Tidak mengalami
nyeri tekan di tempat terjadinya infeksi
3) Tidak mengalami
ketidak nyamanan bila bergerak
b. Peningkatan
mobilitas fisik
1) Berpartisipasi
dalam aktifitas perawatan diri
2) Mempertahankan
fungsi penuh ekstermitas yang sehat
3) Memperlihatkan
penggunaan alat imobilisasi dan alat bantu dengan aman
c. Tidak terjadi
perluasan infeksi
1) Memakai
antibiotic sesuai resep
2) Suhu badan
normal
3) Tidak ada
pembengkakan
4) Tidak ada pus
5) Angka leukosit
dan laju endap Darah (LED) kembali normal
d. Integritas kulit
membaik
1) Menyatakan
kenyamanan
2) Mempertahankan
intergritas kulit
3) Mempertahankan
proses penyembuhan dalam batas normal
e. Mematuhi
rencana terapeutik
1) Memakai
antibiotic sesuai resep
2) Melindungi
tulang yang lemah
3) Melakukan perawatan
luka yang benar
4) Melaporkan bila
ada masalah segera